FMIPA UI Melalui Tim Sustainablue Gelar Workshop Soroti Mikroplastik hingga Abrasi Serius

Tim SustainaBlue dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) menggelar Workshop Blue Economy di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Bekasi, Minggu (3/11). Kegiatan yang diikuti 52 nelayan tersebut bertujuan meningkatkan kesejahteraan pesisir melalui penerapan ekonomi biru serta edukasi soal bahaya mikroplastik.

Desa Pantai Bahagia yang menjadi lokasi kegiatan merupakan wilayah pesisir dengan ketergantungan tinggi pada sektor perikanan. Sekitar 80 persen penduduk bekerja sebagai nelayan, petambak, atau pelaku usaha hasil laut. Namun, kawasan ini juga menghadapi tekanan ekologis yang besar. Berdasarkan riset BRIN pada tahun 2022, perairan dari sembilan muara sungai menuju Teluk Jakarta mengandung rata-rata 9,02 partikel mikroplastik per 1.000 liter air. Di sisi lain, abrasi terus menggerus wilayah pesisir; hutan mangrove di Muara Gembong menyusut sekitar 255 hektare per tahun dan hanya tersisa 379 hektare pada 2019. Dalam periode 2012–2020, sebanyak 80 persen wilayah pesisir dilaporkan hilang dan lebih dari 100 keluarga kehilangan rumah.

“Kami ingin mendorong inovasi pengelolaan pesisir, sekaligus menjaga ekosistem seperti mangrove yang perannya sangat krusial dalam mencegah abrasi. Muara Gembong adalah contoh nyata bagaimana tekanan terhadap pesisir berdampak langsung pada kehidupan masyarakat,” kata Dr. Retno Lestari, Wakil Koordinator SustainaBlue UI.

“Karena itu, kami tidak hanya menyampaikan konsep ekonomi biru, tetapi juga memastikan program ini relevan dengan kondisi nelayan dan UMKM di sini agar kesejahteraan mereka betul-betul meningkat.” ujarnya.

Dr. Retno menjelaskan bahwa SustainaBlue merupakan program inisiatif kolaboratif lintas negara yang melibatkan perguruan tinggi dari Indonesia, Malaysia, dan Yunani. Adapun universitas yang berpartisipasi meliputi Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universiti Sains Malaysia (USM), Universiti Malaysia Terengganu (UMT), University of Cyprus (UCY), dan University of The Aegean (UoA).

Program SustainaBlue selaras dengan agenda pemerintah, termasuk Program Strategis Nasional revitalisasi akuakultur berkelanjutan dan restorasi mangrove. Kegiatan ini juga menegaskan urgensi kebijakan pengurangan sampah plastik, terutama menjelang penutupan 343 TPA open dumping pada 2025 yang mengharuskan pengelolaan sampah dilakukan lebih modern dan tepat sejak dari rumah.

Pada sesi materi, Prof. Dr. rer. nat. Mufti Petala Patria, M.Sc., memaparkan hasil penelitiannya terkait mikroplastik di laut melalui foto dan data lapangan. Ia menegaskan bahwa ancaman tersebut sudah berada dalam tahap serius.

“Mikroplastik ini berasal dari sampah plastik yang terurai dan sekarang sudah masuk ke rantai makanan,” ucap Prof. Mufti.

“Dampaknya pada manusia tidak main-main: bisa memicu infertilitas, obesitas, hingga kanker. Karena itu, nelayan harus lebih berhati-hati saat membuang jaring atau benang pancing agar tidak memperburuk pencemaran.” ujarnya menegaskan bahaya serius dari dampak mikroplastik.

Materi tersebut mendapat perhatian serius dari aparat desa. Sekretaris Desa Pantai Bahagia, Ahmad Qurtubi, menilai paparan Prof. Mufti menjadi peringatan penting bagi masyarakat.

“Penjelasan itu membuka mata kita bahwa pencemaran sampah, terutama mikroplastik, sudah sangat berbahaya dan mengancam kesehatan tanpa kita sadari,” kata Ahmad Qurtubi.

Selain edukasi, workshop ini menghasilkan sejumlah program lanjutan. Tim SustainaBlue akan melakukan pendampingan pengelolaan produk hasil tangkap, termasuk terasi, ikan asin, tepung ikan, serta udang dan kepiting segar. Tim juga mendampingi nelayan memperbaiki jalur distribusi agar produk dapat sampai ke Jakarta dengan kualitas yang lebih baik. Upaya ini akan diperluas melalui kerja sama dengan pemerintah kecamatan untuk menjangkau desa lain di Muara Gembong.

Nelayan setempat menyambut positif kehadiran Tim FMIPA UI. “Terima kasih kepada FMIPA UI, bapak-ibu dosen dan mahasiswa yang datang ke sini. Kami berharap program seperti ini bisa terus berlanjut supaya pendapatan dan kondisi ekonomi nelayan bisa lebih baik.” kata Ja’far, salah satu nelayan peserta workshop.

Setelah sesi pemaparan, tim FMIPA UI mengunjungi tambak udang dan lokasi pengolahan terasi serta tepung ikan untuk meninjau langsung kondisi usaha perikanan warga. Kunjungan tersebut menjadi bagian dari upaya UI memastikan pendampingan yang diberikan sesuai kebutuhan masyarakat.

Bagikan ini:

Facebook
X
LinkedIn
WhatsApp
Email
Tumblr
Telegram
Print

Berita Lainnya