|
Doktor FMIPA UI Gagas Teknologi Hijau Nanopartikel Berbasis Tanaman Lokal, Jawaban Tantangan Migas Nasional

Dwi Febriantini, mahasiswi Program Doktor Ilmu Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), resmi meraih gelar Doktor dengan predikat Cumlaude. Dalam Sidang Terbuka Promosi Doktor yang digelar pada Rabu (2/7)di Aula Prof. Dr. G.A. Siwabessy, FMIPA UI Depok, Dr. Dwi mempresentasikan disertasinya yang berjudul “Sintesis Ramah Lingkungan Nanopartikel ZrO₂, Fungsionalisasinya Menjadi ZrO₂@SiO₂–BF₃, dan Aplikasinya dalam Produksi Senyawa Pemecah Emulsi Air di dalam Minyak Bumi.”
“Disertasi ini menjawab salah satu tantangan besar di industri minyak dan gas: pemisahan air dari minyak mentah, yang selama ini bergantung pada bahan kimia sintetis impor. Melalui pendekatan ilmiah berkelanjutan, Kami mengembangkan katalis dan surfaktan pemecah emulsi berbahan dasar daun parang romang, tanaman khas dari wilayah timur Indonesia,” ujar Dr. Dwi dalam pemaparannya.
Penelitian ini berhasil menghasilkan partikel nano katalis yang dapat memisahkan emulsi air-minyak hingga 100 persen dalam kondisi optimal cukup pada suhu 45°C dan konsentrasi 75 ppm. Teknologi ini bukan hanya efektif dan efisien, tetapi juga murah, aman bagi lingkungan, dan berbasis bahan alam lokal, menjadikannya solusi inovatif bagi sektor energi nasional.

Sidang terbuka ini dipimpin oleh Prof. Dede Djuhana, M.Si., Ph.D., Dekan FMIPA UI, dengan Prof. Dr. Yoki Yulizar, S.Si., M.Sc., Guru Besar Departemen Kimia FMIPA UI, sebagai Promotor, serta Dr. Eng. Usman, M.Si., Lead Specialist III Downstream Research PT Pertamina (Persero), sebagai Ko-Promotor.
Masalah emulsi campuran air dan minyak adalah tantangan klasik dalam sektor migas. Minyak mentah yang ditambang sering kali tercampur air, membentuk emulsi yang sulit dipisahkan. Proses pemisahan konvensional menggunakan bahan kimia khusus, yang sebagian besar masih diimpor. Teknologi hasil riset Dr. Dwi berpotensi mengurangi ketergantungan pada impor bahan kimia, menurunkan biaya produksi, serta membuka jalan bagi pengembangan industri kimia hijau berbasis sumber daya lokal.
“Daun parang romang yang digunakan dalam penelitian ini tumbuh subur di kawasan Indonesia timur. Jika teknologi ini diadopsi luas, masyarakat lokal dapat dilibatkan dalam rantai pasok bahan baku, membuka lapangan kerja baru di sektor hulu dan mengangkat nilai ekonomi tanaman lokal,” imbuhnya.

Teknologi pemecah emulsi berbasis tanaman ini juga dinilai mendukung komitmen Indonesia terhadap transisi energi bersih dan pengurangan jejak karbon. Dengan menekan penggunaan bahan kimia sintetis dan proses industri tidak ramah lingkungan, inovasi ini memperkuat langkah Indonesia menuju energi berkelanjutan.
“Saudari Dwi Febriantini telah menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan bisa menjadi alat transformasi bagi kemandirian bangsa,” ungkap Prof. Dr. Yoki Yulizar.
“Hasil riset ini tidak hanya merupakan wajah baru riset perguruan tinggi yang berakar pada lokalitas, tetapi juga berdampak secara nasional dan bahkan global.” tambahnya.
Sebagai penutup sidang, Dr. Eng. Usman menyatakan, “Teknologi ini bisa menjadi model integrasi antara sains, lingkungan, dan ekonomi kerakyatan. Semoga hasil riset ini bisa segera dikembangkan lebih lanjut, masuk ke industri, dan menjadi kebanggaan nasional.”
Share this:
Other News