Lulus Summa Cumlaude, Doktor FMIPA UI Ungkap Keanekaragaman Cecak Langka di Tengah Krisis Biodiversitas

Peneliti sekaligus promovendus Program Studi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI), Awal Riyanto, resmi menyandang gelar doktor usai menjalani sidang terbuka promosi doktor pada Kamis (3/10/2025), di Aula Prof. Dr. G.A. Siwabessy, Kampus FMIPA UI, Depok. Ia dinyatakan lulus dengan predikat tertinggi, Summa Cum Laude dan meraih IPK sempurna 4.00.

Dalam disertasinya yang berjudul “Diversitas, Filogeni, dan Pola Distribusi Cecak Jarilengkung (Cyrtodactylus Gray, 1827) di Jawa”, Awal mengungkap 13 kandidat spesies baru dari genus Cyrtodactylus—kelompok cecak khas Asia Tenggara yang sebelumnya hanya diketahui tiga jenis di Pulau Jawa.

“Penelitian ini berhasil memperbarui data keanekaragaman cecak jarilengkung di Jawa dari tiga menjadi sedikitnya enam spesies yang telah terdeskripsi, dan 16 taksa secara molekuler,” ujar Awal dalam pemaparannya.

Sidang terbuka ini dipimpin oleh Dekan FMIPA UI, Prof. Dede Djuhana, Ph.D., dengan Prof. Dr. Abinawanto, M.Si. sebagai promotor dan Prof. Dr. Amir Hamidy, M.Sc. dari BRIN sebagai kopromotor.

13 Spesies Baru, 3 Sudah Diberi Nama

Genus Cyrtodactylus dikenal sebagai salah satu kelompok cecak dengan keragaman spesies tertinggi di dunia. Di Pulau Jawa, penelitian Awal mengidentifikasi sedikitnya 16 garis keturunan genetik menggunakan pendekatan taksonomi integratif, yang menggabungkan analisis DNA dan karakter morfologis.

Tiga dari 13 spesies baru itu bahkan telah berhasil dideskripsikan secara resmi, yakni Cyrtodactylus belanegara, Cyrtodactylus pecelmadiun, dan Cyrtodactylus mendol.

Ketiganya ditemukan di luar kawasan konservasi formal, mempertegas pentingnya penyusunan strategi konservasi yang berbasis data ilmiah dan peta distribusi aktual.

Konservasi Berbasis Data Genetik

Dalam penelitiannya, Awal menggunakan gen NADH dehydrogenase subunit 2 (ND2) sebagai penanda molekuler utama. Analisis dilakukan terhadap sampel cecak dari berbagai titik di Pulau Jawa yang sebelumnya belum tersentuh penelitian.

Hasilnya menunjukkan, cecak jarilengkung di Jawa membentuk dua kelompok besar secara filogenetik, serta memiliki empat pola distribusi utama yang mengikuti garis keturunan evolusioner. Pola ini mencerminkan adaptasi lokal spesies terhadap perubahan habitat dan tekanan lingkungan.

“Sebagian besar spesies ditemukan di luar kawasan konservasi. Ini jadi peringatan bahwa pendekatan konservasi tidak bisa hanya berbasis peta kawasan, tapi harus mempertimbangkan ekologi dan distribusi nyata di lapangan,” kata Awal.

Ancaman Nyata: Perubahan Iklim dan Aktivitas Manusia

Studi ini juga menyoroti ancaman terhadap kelangsungan hidup genus Cyrtodactylus akibat alih fungsi lahan, penggunaan pestisida, dan degradasi habitat. Grup spesies seperti C. darmandvillei diketahui sangat tergantung pada habitat mosaik semi-alami yang kini terus menyusut.

Penelitian ini menjadi bukti penting bahwa taksonomi integratif tak hanya mampu mempercepat penemuan spesies baru, tapi juga menjadi fondasi ilmiah dalam perumusan kebijakan konservasi berbasis bukti.

Capaian Akademik dan Kontribusi Ilmiah

Promotor Prof. Abinawanto menyatakan disertasi Awal Riyanto bukan hanya pencapaian pribadi akademik, tetapi juga kontribusi besar dalam pengembangan ilmu biosistematika Indonesia.

“Penelitian ini membuka peluang penguatan basis data biodiversitas nasional dan menyasar konservasi spesies lokal yang sebelumnya luput dari perhatian,” ujar Prof. Abinawanto.

Dengan capaian ini, FMIPA UI kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung riset-riset strategis yang berdampak luas, khususnya di bidang keanekaragaman hayati dan pelestarian lingkungan.

Tentang Promovendus

Awal Riyanto lahir di Ungaran, Kabupaten Semarang, pada 27 Juli 1970. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Jurusan Zoologi, Universitas Jenderal Soedirman (1996), dan magister di Program Biosains Hewan, IPB (2020). Pada 2023, ia menerima Beasiswa Degree by Research dari BRIN untuk menempuh program doktoral di FMIPA Universitas Indonesia.

Sejak 2000, Awal aktif sebagai peneliti Herpetofauna di LIPI (kini BRIN), dan kini tergabung di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, ORHL BRIN. Ia telah menerbitkan lebih dari 100 artikel ilmiah, 76 di antaranya di jurnal internasional bereputasi, serta mendeskripsikan 53 spesies baru (21 di antaranya dari genus Cyrtodactylus). Namanya juga diabadikan pada dua spesies endemik: Cyrtodactylus awalriyantoi dan Oreophryne riyantoi.

Selain menulis sembilan buku ilmiah, ia aktif membina generasi muda peneliti dan tergabung dalam berbagai organisasi spesialis, seperti TFTSG-IUCN, PHI, SSG-IUCN, dan IdSSG.

Share this:

Facebook
X
LinkedIn
WhatsApp
Email
Tumblr
Telegram
Print

Other News